Resiko dan Manfaat Induksi Janis ukuran Besar dan Lewat Tanggal
Melakukan induksi untuk persalinan biasanya direkomendasikan untuk beragam alasan. Yang paling utama, tentu saja terkait alasan kesehatan ibu hamil dan bayi. Misalnya saja, bila ketuban sudah pecah dan ibu hamil belum mengalami kontraksi. Faktor lain adalah sudah melewati waktu dua minggu dari waktu persalinan dan persalinan belum dimulai secara alami, menjadi dua hal yang dipertimbangkan untuk dilakukan induksi.
Namun, ibu hamil dengan janin besar juga bisa dipertimbangkan melakukan persalinan dengan induksi, bahkan sebelum waktu persalinannya tiba.
Secara umum, dokter tidak melakukan induksi persalinan sebelum kehamilan cukup bulan yaitu sekitar 39 minggu kehamilan. Persalinan yang lebih cepat dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan komplikasi lainnya bagi janin.
Hanya saja, untuk ibu hamil yang mengandung janin berukuran besar, bisa berisiko cedera serius bila bahu janin tersangkut saat persalinan. Untuk itulah, para peneliti melakukan studi tentang induksi persalinan di usia kehamilan 37-38 minggu guna mengetahui apakah mencegah janin tumbuh lebih besar sehingga membuat persalinan lebih aman.
“Saya percaya bahwa manfaat dari induksi ini melebihi risiko potensial dari persalinan dini untuk persentase kecil dari bayi yang besar,” ujar Dr. Michel Boulvain, penulis utama studi dari departemen kebidanan dan kandungan di RS Geneva University, Swiss.
Studi tentang induksi persalinan yang dilakukan oleh Dr. Boulvain beserta koleganya menjadi pilihan untuk mengurangi kejadian distosia bahu. Distosia bahu adalah kondisi yang terjadi ketika kepala bayi yang sudah keluar tetapi satu atau kedua bahunya tersangkut di belakang tulang panggul ibunya sehingga semua bagian tubuh bayi tidak bisa keluar.
Bayi dengan kondisi tersebut berisiko mengalami fraktur, kerusakan saraf di tulang belakang, maupun kehabisan napas selama persalinan. Disebutkan dalam American Congress of Obstetricians and Gynecologist, distosia bahu terjadi secara alami pada sekitar satu persen persalinan dengan berat badan bayi normal. Tetapi komplikasi terjadi pada sekitar 10 persen dari bayi berukuran besar.
Dalam studi ini, partisipan adalah pasien di 19 rumah sakit universitas yang ada di Belgia, Perancis, dan Swiss. Para periset menggunakan sonogram guna mengetahui lebih dari 800 orang yang bayinya berada di 95 persentil berat badan berdasarkan pada usia kehamilan.
Sekitar setengah dari responden dipilih secara acak untuk persalinan dengan induksi. Sisanya, diawasi dengan ketat sehingga lahir secara alami atau diberikan induksi bila diperlukan sebagai alasan medis.
Hasil studi menunjukkan distosia bahu terjadi pada dua persen bayi dalam kelompok yang diberikan induksi persalinan. Dibandingkan dengan 6 persen pada kelompok ibu hamil yang hanya diawasi saja.
Menurut Dr. Aaron Caughey, spesialis kebidanan dan kandungan dariOregon Health and Science University, Portland, temuan studi ini menunjukkan perbandingan yang tidak mencolok bagi perempuam dan klinisi antara mencoba menggunakan induksi di usia kehamilan 37-38 minggu guna mencegah potensi cedera serius bagi bayi serta menghindari persalinan sebelum 39 minggu yang juga bisa berpotensi membahayakan bayi.
Ditambahkan oleh Dr. Caughey, secara historis, induksi persalinan telah dihubungkan dengan tingkat melahirkan secara cesar yang lebih tinggi. Dan ketika dilakukan sebelum usia kehamilan 39 minggu, dikaitkan dengan risiko lebih tinggi untuk komplikasi neonatus seperti ketidakmatangan organ paru.
Namun tetap, studi yang dipublikasikan dalam The Lancet ini menunjukkan sejumlah manfaat untuk melakukan induksi persalinan pada kehamilan dengan janin besar.